Sunday 8 February 2015

Tentang Aku

          Nama lengkapku Djuwita Lailatul Hikmah. panggilan masa kecilku hanya 3 huruf terakhir dari kata pertama namaku "ita". Semasa kecil, orang sering kali menyandarkan nama itu pada nama seorang penyanyi terkenal kala itu, "Ita Purnamasari". Ya, penyanyi yang cukup terkenal pada era 90-an. Haha aku hanya bisa tertawa mengingatnya. Menginjak SMP-SMA, nama panggilanku berubah menjadi sedikit lebih panjang. Beberapa memanggilku "wita" namun tak jarang juga "Juwita" dan pada akhirnya hampir setiap orang yang berkenalan denganku mereka langsung teringat lagu oh juwita-nya salah satu band terkenal di Indonesia. Bahkan, seorang guruku malah teringat lagu pada era-nya "juwita malam", aku sendiri tidak terlalu paham pada tahun berapa lagu itu beredar. Dan, kembali aku hanya bisa tersenyum. Yaah... setidaknya dengan begitu orang akan lebih cepat menghafal namaku. Begitu pikirku saat itu.
          Dilahirkan sebagai anak terakhir dari 6 bersaudara, menjadikan aku memiliki 3 kakak laki-laki dan 2 kakak perempuan. 4 orang dari mereka adalah saudara tiri, dan hanya satu kakak kandung. Itu semua karena kedua orang tuaku pernah menikah dengan orang lain sebelumnya. Ayahku dulu menikah dengan seorang wanita yang memberinya 2 anak perempuan dan 2 anak laki-laki. Namun, setelah itu istri pertama ayahku meninggal dunia. Ibuku juga tidak berbeda jauh, ia pernah menikah dan memiliki seorang anak laki-laki sebelum akhirnya suaminya meninggal karena sebuah penyakit. Hingga akhirnya pada suatu saat Tuhan mempertemukan ayah dan ibuku dalam sebuah ikatan suci yang kemudian melahirkan seorang malaikat kecil yaitu aku.
         Menjadi anak terakhir tentu menghadiahkan suka dan duka tersendiri. Bahagiaku karena aku lah satu-satunya yang melanjutkan pendidikan hingga Perguruan Tinggi. Namun, dengan Keadilan-Nya, Tuhan pun mentakdirkan aku pun satu-satunya anak yang bila menikah nanti Ayahku tak lagi menjadi waliku. Ayah meninggal dunia saat aku masih di bangku kuliah semester II. Sebuah pukulan yang cukup berat bagiku. Mengingat beliau belum pernah sekalipun menginjakkan kaki di kampus kesayanganku. Ia pernah berkata, suatu hari akan datang saat aku wisuda S1. Namun nyatanya Allah lebih sayang padanya dan ingin ia segera kembali padaNya. Dan sejak saat itu, wisuda dengan Ayah disampingku hanyalah sebuah mimpi yang tak akan pernah terealisasi. Kini aku hanya berharap, semoga Tuhan masih bermurah hati memberi umur yang lebih panjang untuk ibuku, agar kelak ia masih bisa melihatku wisuda dan menikah. lalu aku juga memiliki kesempatan untuk melihatnya bangga padaku. Aamiin.

Salam sayang,

Albint Wita

No comments:

Post a Comment